Minggu, 29 Juni 2008

KEBERADAAN DAN KETERTUTUPAN NAMRU-2
Salah Satu Alasan dari Beribu Alasan untuk Tingkatkan Kewaspadaan terhadap Konspirasi Asing
Naval Medical Research Unit Two alias NAMRU-2 merupakan nama yang asing walaupun telah beroperasi sejak tahun 1970 di Indonesia. Nama NAMRU-2 mulai dikenal luas dalam beberapa pekan ini dan kemudian juga tidak terbahas lagi. Hal ini dikarenakan isu mengenai NAMRU-2 kalah dengan isu kenaikan BBM dan bahan pokok yang terjadi di negara ini. Maraknya isu NAMRU-2 di tanah air beberapa pekan lalu, berawal dari kunjungan Komando Pasifik AS Laksamana Timothy J. Keating untuk bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Menteri Pertahanan Juwano Sudarsono. Dalam jumpa pers, tanpa ada angin ataupun hujan, Keating menegaskan bahwa NAMRU-2 akan tetap beroperasi di Indonesia. Sedangkan puncak terkenal luasnya NAMRU ialah pada saat media memberitakan Menkes Indonesia yang sempat ditolak masuk laboratorium NAMRU-2 ketika melakukan inspeksi NAMRU-2 pada Rabu (16/4).
Ketertutupan NAMRU-2 juga dirasakan Badan Intelijen Negara, Departemen Pertahanan maupun Kepolisian. Selama bertahun-tahun aparat mencoba masuk dan memantau lembaga di kawasan jalan percetakan Negara, Jakarta pusat itu, namun selalu gagal. Di samping ketertutupan, adanya kekebalan diplomatik yang dimiliki peneliti NAMRU-2 dan garis koordinasi NAMRU-2 di bawah Angkatan Laut Amerika menimbulkan pertanyaan tersendiri. Keberadaan dan ketertutupan NAMRU-2, memang menimbulkan pertanyaan besar terhadap kegiatan dan manfaat NAMRU-2 selama beroperasi di Indonesia.
Dalam situsnya NAMRU-2 mengatakan bahwa mereka terus meneliti tentang penyakit malaria, demam berdarah, hepatitis, diare, penyakit hubungan seksual dan AIDS di Indonesia. Artinya, NAMRU-2 khusus meneliti penyakit menular di Indonesia. Mengapa begitu penting penelitian penyakit menular ini bagi NAMRU? Mengapa bukan penyakit degeneratif seperti jantung, kanker, dan sebagainya? Apa manfaat konkrit NAMRU-2 meneliti penyakit menular dalam membasmi berbagai penyakit tersebut di Indonesia? Perlukah kekebalan diplomatik bagi para peneliti NAMRU-2? Apa pentingnya kekebalan diplomatik ini bagi peneliti? Benarkah begitu penting dan bermanfaatnya NAMRU-2 hingga dipertahankan keberadaannya selama 38 tahun dan harus tetap dilanjutkan keberadaannya di Indonesia?
Fakta-fakta menunjukkan bahwa kerjasama Indonesia dengan NAMRU-2 s tak memberikan kontribusi yang berarti, bahkan mengarah terhadap kerugian bangsa. Tahun 1998, Pak Wiranto secara resmi meminta keberadaan NAMRU-2 ditinjau kembali karena NAMRU-2 juga meneliti alur laut Indonesia (tentu saja sangat mencurigakan mengapa suatu lembaga penelitian penyakit menular meneliti alur laut Indonesia). Ali Alatas pada masa presiden BJ Habibie tahun 1999 melaporkan bahwa keuntungan politis, ilmu pengetahuan, dan teknologi dari keberadaan NAMRU-2 makin kecil, sementara dampak negatifnya terhadap masalah keamanan makin menonjol. Alwi Shihab pada tahun 2000 dan Hassan Wirajuda juga pernah mengeluarkan rekomendasi yang sama. Wirajuda di masa Megawati pun sempat menyinggung keanehan operasi NAMRU-2. selain tidak pernah melaporkan hasil penelitian mereka semenjak tahun 2000, NAMRU-2 juga tak ikut membantu pemerintah ketika sibuk menghadapi bencana nasional seperti demam berdarah dan flu burung yang seharusnya menjadi spesialisasi meraka sebagai lembaga penelitian penyakit menular yang berdiri untuk membantu Indonesia.
Menkes Indonesia Siti Fadilah pun menjelaskan hal serupa bahwa NAMRU-2 hanya menyerahkan laporan kegiatan sedangkan laporan penelitian tidak pernah dilaporkan. NAMRU-2 juga tak pernah menyertakan dokumen MTA dalam setiap pengalihtanganan specimen biologis yang mereka bawa ke Amerika. Padahal dokumen ini penting untuk pelacakan specimen biologis, baik menyangkut dampak kesehatan maupun nilai ekonomisnya. Selain itu, meski selalu mengaku meneliti dan mengambil sample penyakit malaria, demam berdarah, TBC dan hepatitis, tapi hingga kini penyakit-penyakit itu masih berjangkit di Indonesia. Melihat kecenderungan yang tidak menguntungkan wajar saja bila banyak pihak dari Indonesia menginginkan kerja sama ini dihapuskan.
NAMRU-2 menunjukkan betapa kurang aware dan lengahnya kita dalam kasus-kasus yang harus di waspadai terutama yang merugikan bangsa. Adanya NAMRU-2 memperbesar kekayaan alam, sumber daya hayati serta spesimen biologis yang dimiliki Indonesia beralih ke luar negeri. Apalagi dengan kekebalan diplomatik yang menyebabkan para peneliti bebas ke mana saja dan bebas membawa apa saja keluar-masuk Indonesia tanpa pemeriksaan yang serius. Bisa dibayangkan betapa banyak yang telah dibawa keluar-masuk Indonesia selama ini.
Posisi NAMRU-2 yang berada dibawah departemen pertahanan Amerika, merupakan badan kesehatan yang terspesialisasi dalam bidang penyakit menular, serta kondisi militer Amerika yang dilengkapi senjata biologis dan adanya sejarah dimana Amerika pernah menggunakan senjata biologis dalam perang korea tentu cukup menjadi alasan kuat bagi kita untuk waspada terhadap kerja NAMRU-2 di Indonesia.
Sudah cukup banyak, negara kita mengalami kerugian dikarenakan konspirasi asing, yang ujung-ujungnya menyengsarakan rakyat. Begitu banyak kekayaan Indonesia tak dinikmati rakyatnya. Indonesia yang selama ini dikenal bangsa tempe, namun hak paten tempe tidak berada di negara kita. Jamu yang merupakan minuman suplemen rakyat Indonesia, komposisinya pun menjadi paten negara lain. Lolosnya virus flu burung ke Laboratorium Los Alamos (laboratorium militer AS), sehingga vaksin virus dan hak patennya dimiliki oleh negara tersebut. Dan bahkan vaksin tersebut pun dijual sangat mahal ke Indonesia sebagai negara asal virus. Akibatnya dalam pemenuhan kebutuhan tergantung dari luar, yang otomatis kebijakan-kebijakan diatur oleh mereka sedangkan kita hanya ‘menurut’ karena tak ada opsi lain. Jadilah kita negara yang kemerdekaan dan kedaulatannya seakan-akan hanya hitam di atas putih namun kenyataan yang terjadi tidak demikian.
Kasus-kasus tersebut hanya sedikit dari kasus-kasus yang terjadi di Indonesia. Tapi apakah kita akan tetap berada pada kondisi yang sama. Akankah kita tetap membiarkan kekayaan yang dimiliki dicuri dari negara ini, lengah terhadap permainan-permainan kapitalis dan neokolonialisme negara maju, memperbesar ketergantungan terhadap negara lain karena kita memang tidak dibiarkan mandiri, semakin memperdalam jurang antara negara maju dengan negara kita (yang tentu saja dapat membuat Indonesia sebagai negara berkembang menjadi negara yang jauh tertinggal). Maka, sudah selayaknyalah kita tingkatkan kewaspadaan kita. Dari segi ekonomi, keamanan, pendidikan maupun bidang-bidang lain, hendaknya dicermati dengan lebih teliti dan ditelaah lebih jauh.

Tidak ada komentar: